Mengenali kondisi tempat yang akan di lakukan observasi yang berkaitan
dengan Keselamatan Keselamatan dan kesehatan kerja, berupa Alat Pelindung Diri,
Kondisi Udara, Kondisi Lantai, Kondisi ruangan, yang berpotensi terjadi bahaya
(Hazard). hal ini bisa dilakukan
dengan membuat ergonomic check point.
Menurut Lutfi Hani (dalam Jurnal Putut dkk,
2014: 229). Ergonomi
adalah ilmu yang mempelajari
kaitan perilaku manusia dengan pekerjaan. Ergonomi mempelajari prinsip dalam
mendesain peralatan, mesin, proses, dan tempat kerja yang sesuai dengan kemampuan dan
keterbatasan manusia yang menggunakan, atau penyesuaian tugas pekerjaan dengan
kondisi tubuh manusia untuk menurunkan stress yang akan dihadapi Sedangkan
menurut Astika (dalam Jurnal Putut dkk, 2014: 229)Ergonomi membuat manusia bekerja
sesuai dengan kemampuan, kebolehan, dan keterbatasannya. Hasil akhirnya manusia mampu
berproduksi optimal,selama umur produktifnya, tanpa harus mengorbankan keselamatan
dan kesehatannya.
Hal
yang berkaitan dengan ergonomi menurut James
M. Apple (dalam Jurnal Putut dkk, 2014: 229) adalah tata cara pengaturan fasilitas
fisik pabrik guna menunjang kelancaran proses produksi. Tata letakadalah
perencanaan dan penggabungan atau integrasi dari aliran komponen-komponen suatu benda kerja untuk
mendapatkan interelasi yang paling efektif dan paling ekonomis antara pekerja,
peralatan dan pemindahan bahan-bahan. Namun demikian pengaturan tata letak
tidak semata-mata keuntungan finansial saja, melainkan juga harus mengedepankan
kenyamanan dan keselamatan pekerja menggunakan konsep kesehatan dan keselamatan
kerja (K3).
Ergonomic
checkpoints merupakan standar di dalam dunia industri yang
ditetapkan oleh Internasional Labour
Organization (ILO). Ergonomic checkpoints menghasilkan beberapa dasar-dasar
pemikiran tentang menekan pemborosan bahan, menurunkan kerusakan hasil kerja,
meningkatkan kualitas pekerjaan, meningkatkan pemeliharaan dan perbaikan
perlatan, memperkenalkan tata letak yang lebih efisien, mencegah terjadinya
kecelakaan, mengorganisir tempat kerja menjadi lebih aman serta memperkenalkan
metode kerja yang lebih baik.
Dasar pemikiran-pemikiran Ergonomic Checkpoints dibagi menjadi sembilan pokok bahasan, yaitu:
2.1. Penanganan dan Penyimpanan Bahan
Praktikum
Penanganan dan penyimpanan bahan secara garis besar berisi tentang cara
mengorganisasi bahan, cara penanganan dan pengangkutan bahan yang lebih pendek,
kegiatan pengangkutan bahan lebih sedikit dan efisien. Beberapa cara yang dapat
dilakukan adalah menerpakan 5S. Mengeluarkan barang-barang yang tidak terpakai,
hindari menaruh barang dilantai, menghemat ruangan dengan menaruh barang-barang
di rakbertingkat, membuat penyimpanan yang lebih dekat untuk barang-barang yang
sering digunakan, menggunakan penyimpanan jalan (rak beroda). Usahakan agar
perlatan mudah dipindahkan ketempat yang diperlukan, jangan mengangkat beban
lebih tinggi daripada seperlunya, angkat bahan pada ketinggian kerja, dan
mengusahakan pengangkatan lebih efisien dan aman.
2.2. Handtool/ Peralatan Tangan
Handtool atau peralatan tangan yang
digunakan sebagai alat bantu kerja banyak digunakan di dalam bengkel listrik.
Alat tangan berarti alat yang dalam penggunaannya mengandalkan tenaga manusia.
Alat tangan beragam jenisnya mulai dari:
a) Testpen
b) Tang potong
c) Tang kombinasi
d) Obeng, dll.
2.3. Desain Stasiun Kerja
Stasiun kerja adalah suatu lokasi yang di tempati pekerja untuk
melakukan pekerjaannya. Stasiun kerja bisa di tempati sepanjang waktu atau
mungkin satu dari beberapa lokasi ketika praktikan melakukan praktik, misalnya:
meja kerja, perakitan, inspeksi, dan stand kerja.
Pada penelitaian, stasiun kerja adalah
ruangan bengkel listrikatau setiap sudut ruangan yang digunakan untuk melakukan
praktik. Desain stasiun kerja yang baik dapat menunjung kinerja yang lebih
efektif dan tentu saja kualitasnya lebih baik.Desain stasiun kerja dalam ergonomic checkpoint mempunyai lima
aturan yaitu: menjaga agar bahan, perlatan, dan pengendaliannya dalam jangkauan
yang mudah, perbaikan postur kerja untuk meningkatkan efisiensi,setiap kerja
yang memerlukan tenaga menggunakan pegangan tangan (clamp), jepitan (jig),
tombol/tongkat (lever) dan alat lain
untuk menghemat waktu dan tenaga, memperbaiki petunjuk visual (display) dan kendali (control) untuk meminimalkan kesalahan.
2.4. Keamanan Mesin
Kemanan mesin merupakan sebuah tindakan
menambahkan alat atau sesuatu yang dapat menghindarkan pekerja dari potensi
bahaya yang berasal dari mesin. Tindakan pencegahan seperti: mengecek kondisi
mesin setiap hari, memasang pelindung mesin maupun diri (pekerja), membeli
mesin yang aman, gunakan jenis pengaman yang cocok memelihara mesin dengan
baik, dan yang lebih penting adalah melindungi pekerja dengan alat pelindung
diri
2.5. Pencahayaan
Situasi dengan cahaya yang baik akan lebih menguntungkan daripada dalam
cahaya yang redup atau remang. Pencahayaan yang tidak baik menyebabkan
kelelahan pada otot dan saraf mata dan dapat menimbukan kelelahan secara
keseluruhan tubuh. Kelelahan yang timbul juga dapat mengakibatkan turunnya
kosentrasi kerja, meningkatkan tingkat kesalahan dalam bekerjayang berujung
pada cacatnya hasil kerja dan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan dan
keselamatan kerja. Pemerintah melalui Keputusan Menteri no.1405 tahun 2002
menyatakan penerangan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan sedara efektif. Nilai pencahayaan yang
di tetapkan oleh Kep-Menkes RI No.1045/Menkes/SK/XI/2002 adalah minimal 100lux.
Faktor utama yang dapat digunakan untuk
memperbaiki kebutuhan pencahayaan adalah: sifat dari tugas pekerjaan, ketajaman
pengelihatan dari para pekerja, dan lingkungan pekerjaan akan dilakukan.
Sebagai contoh memperbaiki komponen-komponen elektronik lebih membutuhkan
cahaya yang cukup terang daripada operator mesin. Penambahan atau perbaikan
pencahayan bertujuan meningkat kualitas pekerja dan produk yang akan
dihasilkan. Dengan pemikiran tersebut disarankan sebuah industri atau sekolah
menengah kejuruan melakukan enam langkah sebagai berikut: menfaatkan penerangan
alami (cahaya matahari), mencegah silau, memilih latarbelakang visual yang
cocok, memilih tempat sumber cahaya yang tepat, dan memelihara sumber cahaya secara
teraturdan menghindari terjadinya bayang-bayang.
2.6. Premis Cuaca Kerja
Musim yang berganti membuat stasiun kerja
harus disesuaikan dari panas dan dinginnya udara. Sedangkan suhu udara yang
baik untuk bekerja adalah 20º-25ºC. Langkah- langkah yang dapat di gunakan
untuk menekan efek dari perubahan-perubahan cuaca di area kerja sebagai
berikut: melindungi tempat kerja dari udara dingin maupun panas, membuat teduh
area kerja dengan menanam pohon, memperbaiki insulasi panas, memperbaiki
refleksi panas dari dinding atau lantai, memanfaatkan aliran udara horizontal,
menghilangkan atau mengisolasi sumber polusi, memperbaiki lantai tempat kerja,
mencegah kebakaran dan kecelakan listrik.
2.7. Kebisingan dan getaran
Bising (noise) dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
KEP.48/MENLH/11/1996 tentang buku tingkat kebisingan memiliki arti bunyi yang
tidak diinginkan dari usahatau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. OSHA menetapkan
batas hukum atas paparan kebisinganyang di anjurkan di tempat kerja dalam satu
hari (8jam) 90Dba. The natona instate for
ocuppacional safety telah merekomendasikan nilai paparan kebisingan yang
diterima selama satu hari adalah kurang dari 85 dBA. Kebisingan dapat
mempengaruhi manusia. Kebisingan dapat menggangu konsentrasi, menutupi sumber
suara lain atau menggangu komunikasi, sertamenurunkan fungsi pendengaran.
Kebisingan yang melampaui nilai ambang batas memiliki dampak berupa gangguan
psikologis (kepala pusing, mudah marah, susah tidur, stress), gangguan
pendengaran, gangguan tubuh berupa ketegangan otot, meningkatnya tekanan darah,
meningkatnya produksi adrenaline, dan meningkatkan detak jantung
Getaran didefinisikan suatu gerakan
bolak-balik suatu massa melalui keadaan seimbang terhadap suatu titik acuan,
sedangkan yang dimaksud dengan getaran mekanik adalah getaran yang ditimbulkan
oleh sarana dan peralatan manusia (Kep.MENLH No:KEP-49/MENLH/11/1996).
Getaran ditimbulkan dari mesin-mesin yang
beroperasi. Getaran yang terdapat di mesin berupa getaran translasi dan getaran
rotasi. Getaran translasi dapat terjadi dalam arah lateral ataupun aksial.
Getaran lateral terjadi dalam pada arah tegak lurus sumbu poros, sedangkan
getaran aksial terjadi dalam sumbu poros.
Getaran pada tubuh praktikan dibagi
menjadi dua yaitu getaran seluruh tubuh dan getaran tangan lengan. Getaran
seluruh tubuh merupakan getaran yang dialami pengemudi kendaraan, efek yang
ditimbulkan tergantung kepada jaringan tubuh praktikan, seperti 3-6 Hz untuk
bagian dada dan perut, 20-30Hz untuk bagian kepala dan 100-150HZ untuk rahang
(Sucofindo,2002). Beberapa penelitian menyebutkan rasa tidak nyaman yang
ditimbulkan oleh beberapa organ seperti ini dapat menyebabkan efek jangka panjang
orteoartritis tulang belakang (Harrington et
al, 2005).
Getaran lengan biasanya dialami oleh
tenaga kerja yang diperkerjakan sebagai operator gergaji rantai, penempa palu,
gerinda, dan lain-lain. Efek getaran pada tangan ini dapat menimbulkan kelainan
pada peredaran darah dan persyarafan, kerusakan pada persendian dan
tulang-tulang (Sucofindo,2005).
2.8. Fasilitas Pekerja/praktikum
Fasilitas praktikum dibuat untuk menimalkan kelelahan memelihara kesehatan yang sedang
melaksanakan praktikum. Lelah dan
kondisi yang tidak prima menyebabkan tidak efisien dalam melaksanakan
praktikum. Fasilitas praktikum sudah sewajarnya diberikan bagi mahasiswa yang sedang praktikum. Mulai dari disediakan air minum, fasilitas sanitasi (untuk membersihkan
diri), tempat istirahat, tempat makan/kantin, fasilitas transport, jaminan
sosial, fasiltas olahraga, dan fasilitas kesehatan pada pertolongan kecelakaan kerja, fasilitas APD untuk meminimalisir
dari Kecelakaan akibat kerja dan Penyakit Akibat Kerja.
2.9. Organisasi Kerja
Organisasi
kerja di politeknik sangat berbeda dengan
industri. Di industri organisasi kerja meliputi pembagian tugas kerja,
supervisi, sistem pelatihan pekerja baru, pembagian waktu kerja, pengelolaan
sumber daya manusia (pekerja), dan struktur kepimpinan dalam industri. Organisasi kerja di politeknik dikelola oleh ketua bengkel, litbang jurusan
listrik, upj listrik, dan dilaksanakan oleh guru pengampu mata kuliah praktikum dan teknisi. Setiap kegiatan praktik terdapat satu
teknisi yang menyiapkan peralatan praktik. Sistem organisasi yang berada di kampus berbeda dengan di dunia industri. mahasiswa tidak diberikan diskusi
tentang pelatihan maupun peralatan yang akan digunakan dalam praktik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar